Rabu, 25 September 2019

KITA hanya Jamaah Manusia bukan Jamaah Malaikat

Sebelumnya aku pernah mendengar ungkapan itu, kemudian untuk yang kesekian kalinya aku mendengarnya lagi “mereka bukan jamaah malaikat”. Tentu sangat mahfum  ketika disebut nama makhluk yang mulia ini. Makhluk yang dihadapan Allah tak pernah sedikitpun bahkan tak ada sejarahnya dalam diri mereka terbesit untuk melanggar perintah tuhannya. Sungguh sangat mulia. Makhluk yang menjadi tangan-tangan Allah untuk menjaga manusia sepanjang hidupnya dari kejahatan jin dan syetan. Makhluk yang menjadi perantara Allah untuk menyampaikan kalamullah pada rasul-Nya yang mulia. Makhluk yang senantiasa berjaga dan siap mencabut nyawa manusia kapan pun jua. Hampir tak ada cela dan kemungkaran yang dilakukan olehnya. Sepanjang hidupnya dipenuhi dengan dzikir dan mengabdi tiada henti


Sulit agaknya ketika kita harus membayangkan adanya manusia yang seperti itu. Memang semuanya telah terfitrah masing-masing menurut fitrahnya. Jangankan manusia biasa, Rasulullah SAW  yang maksum saja pernah suatu ketika ditegur oleh Allah secara langsung melalui QS  Abasa. Untuk sebuah kesalahan yang munkin wajar kita lakukan, yakni bersikap Acuh kepada seorang sahabat tuna netra ‘Abdullah ibnu Ummi Maktum’ ketika beliau sedang sibuk berdiplomasi dengan para pembesar Quraisy agar mereka memeluk Islam.
Dizaman ini maka tak banyak atau bahkan munkin tak ada orang yang berperingai selayaknya golongan nabi dan para sahabat. Sungguh wajar, Zaman terpaut jauh sehingga manusia saat ini tak sempat untuk mengenyam pandidikan langsung dari rasulullah. Namun sebauah pertanyaan besar. Akankah itu menjadi alasan bagi segala celah-celah keburukan. Rasulullah datang menyempurnakan Akhlak dengan berbagai pentunjuk dari Allah SWT yang termaktub dalam Al Quran dan Sunnah, kemudian diikuti oleh ulama berikutnya yang gemar berijtihad untk menyempurnakan ilmu. Ditambah lagi kemajuan teknologi oleh para pakar yang semakin memudahkan kehidupan manusia. Tentu segala sesuatunya atas izin Allah SWT. Tapi apa daya memang semuanya tak mudah seperti ketika logika berjalan. Kemudahan- kemudahan  yang ada semakin membuat lengah banyak orang, tak terkecuali bagi orang-orang yang sudah mengazamkan dirinya dijalan dakwah. Orang- orang yang dalam ikrarnya ingin menjadi penebar dan penyubur agama Allah sebagai konsekwensi kedudukannya sebagai Da’i. Hingga Proses terus berlanjut, dengan banyaknya tahapan tarbiyah (pendidikan) islamiyah yang telah mereka lewati.
“Karena mereka bukan jamah malaikat”. Maka itulah pemakluman-pemakluman yang terjadi atas lubang-bubang yang tidak akan tersempatkan diperbaiki oleh umat muslim itu sendiri. Kefahaman yang seharusnya dimiliki lebih oleh pada aktivis dakwah kadang tak berdampak banyak pada perilaku, sopan santun, adab berinteraksi dan lain sebagainya . Jika sudah begitu maka jawabanya ialah: ”karena mereka bukan jamaah malaikat”. Kalimat tersebut seolah menggambarkan bahwa karena kita bukan malaikat maka kita boleh melakukan kesalahan-kesalahan . Toh kesalahan ini kecil. Kita tidak membunuh, berzina ataupun minum-minuman keras. Hanya sekedar berbahasa kurang sopan, menyindir untuk memperbaiki, tidak taat pada qiyadah, melalaikan amanah, atau hanya sekedar meminta saudara untuk menanggung beban yang lebih. Hanya sekedar itu.
Tidakkah pernah kita membayangkan apa yang kemudian membuat rahmat Allah selalu datang untuk memenangkan golongan umat terdahulu. Setiap lisan mereka yang selalu terjaga, penglihatan, pendengaran dan . Kita tak pernah menuntut saudara untuk sempurna. Tapi tidakkah kita ingin memenangkan islam ini melalui hal-hal yang terkecil saja. Tidakkah kita ingin agar setiap ucapan dan tindak tanduk kita angin sejuk bagi setiap orang-orang disekeliling kita. Kita bukanlah Rasulullah yang dikatakan oleh Aisyah radhiyallahu anhu seperti Al-Quran yang berjalan, namun semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa menjadikan beliau sebagai Tauladan yang utama. Kita bukanlah jama’ah malaikat yang purna dari segala khilaf, akan tetapi semoga kesadaran diri bahwa pengawasan Allah itu tak pernah lengah membuat kita (saya terutama) menjadi orang-orang yang gemar memperbaiki diri dan beristighfar atas kealpaan yang terjadi. Astaghfirullahaladzim…

dakwatuna

Tidak ada komentar:
Write komentar